Jakarta, [ MNRTV News ] Presiden Joko Widodo (Jokowi) bernostalgia bersama Ketum NasDem Surya Paloh. Salah satu ketua partai selama sepuluh tahun ini, dalam keadaan hujan dipayungi oleh Presiden. “Hujan deras sekali, saya memayungi bang Surya” seloroh Jokowi.
Tapi, menurut Jokowi karena baju Surya Paloh agak basah ia masuk angin. Namun bicara soal keduanya memiliki sejarah panjang, antara Jokowi dan Surya Paloh, kedekatannya secara pribadi bersama Partai NasDemnya.
Diawali pada tahun 2014 partai NasDem yang pertama kali mendeklarasikan Jokowi pada pencalonan sebagai Presiden. Kemudian pemilu Pilpres tahun 2019, NasDem kembali memberi dukungannya kepada Jokowi sebagai calon Presiden untuk dua periode.
NasDem memberi dukungan sepenuhnya kepada Jokowi tanpa mahar, ini menjadi edukasi politik sangat baik untuk contoh generasi di negara ini.
“Terima kasih bang Surya, pak Surya Paloh, saya ucapkan. Dan terimakasih juga saya ucapkan untuk partai NasDem.” Kata Jokowi.
Karena di 2014 dan 2019 mulai pencalonan dan setelah terpilih dan dalam menjalankan pemerintahan dalam 10 tahun, Jokowi merasa sangat didukung penuh oleh partai NasDem.
Ketua Umum partai NasDem yang paling banyak bertemu dan diskusi dengan Jokowi adalah Surya Paloh. Partner diskusi politik antara Jokowi dan Surya Paloh bertukar pikiran, diskusi mengenai masa depan bangsa, gagasan masa depan untuk negara ini dan lain-lain.
Sekalipun di tahun pemilu 2024 sempat beda jalan antara Jokowi dan Surya Paloh.
“Bang Surya Paloh jalan di perubahan, satunya lagi dijalan berkelanjutan. Ga papa itu biasa, wajar,” Jokowi menambahkan.
Mengenai perbedaan bisa saling memahami dan saling mengerti. Karena hubungan Jokowi dengan Surya Paloh sangat natural, sangat alami, dan apa adanya. Sekalipun diantara keduanya sangat dekat, namun juga beda pendapat.
Diantara keduanya bisa saling menemukan kecocokan, walau kadang ditengah-tengah ada tidak kecocokan.
“Kami bisa saling mengerti, kadang setelah mengerti kami bingung sendiri-sendiri”
Jokowi pernah menyalami Surya Paloh karena sepakat, seminggu kemudian sudah beda. Menurut Jokowi, itu sangat bagus. Dinamika politik biasa terjadi di negara ini, karena setiap isi kepala tidak semua sama rata. Tetapi memiliki jalan berbeda dengan langkah tujuan sama pada satu titik.
Bisa terjadi bila berpolitik kadang teman jadi lawan, lawan jadi teman. Ketika didalam ruangan sepakat, setelah keluar ruangan beda jalan pemikiran. Biarpun memiliki cita-cita yang sama untuk membangun negara dan mewujudkan Indonesia Emas di 2045.
(Rizki Traka)